Dalam pembelajaran bahasa terdapat beberapa teori yang sangat berbeda
pendapatnya. Kelompok pertama, yakni yang berorientasi pada psikologi
behaviorisme, yang kedua adalah
pendekatan generatif yang berakar pada teori psikologi nativisme dan teori
psikologi kognitivisme, sedangkan yang ketiga ialah pendekatan fungsional yang
berakar pada psikologi konstruktivisme. Ketiga teori itu ternyata mempunyai
pengaruh yang sangat kuat dalam dunia ilmu bahasa.
Kaum behavioris yakin bahwa belajar
bahasa pada hakikatnya adalah masalah pembiasaan dan pembentukan kebiasaan.
Dengan pola pikir bahwa dalam proses pembelajaran yang penting ialah stimulus
dan respons dan adanya penguatan. Oleh sebab itu, dalam dunia pembelajaran
bahasa teori itu melahirkan pendekatan audiolingual yang banyak memberikan
penubian. Mereka yakin jika belajar bahasa itu dilakukan dengan penubian, maka
kompetensi berbahasa itu akan dapat diperoleh.
Kaum behavioris pada hakikatnya
menafikan hadirnya hal-hal yang berbau mentalistik. Hal itulah yang kemudian banyak
ditentang. Manusia bukanlah botol kosong yang dapat diisi semau-mau kita.
Manusia adalah organisme yang mempunyai
potensi-potensi. Kaum nativis yakin bahwa anak sejak lahir telah dikaruniai
piranti pemerolehan bahasa (language
acquisition device) yang menurut McNeil berupa:
a) kemampuan membedakan bunyi ujaran dengan bunyi yang lain dalam
lingkungannya;
b) kemampuan mengorganisasikan peristiwa bahasa ke dalam variasi yang
beragam;
c) pengetahuan adanya sistem bahasa tertentu yang mungkin dan sistem yang
lain
yang tidak mungkin;
d) kemampuan untuk tetap mengevaluasi sistem perkembangan bahasa yang
membentuk sistem yang mungkin
dengan cara yang paling sederhana dari data
kebahasaan yang diperoleh.
Pendekatan
nativisme kepada bahasa anak sekurang-kurangnya mempunyai dua sumbangan penting
untuk memahami proses pemerolehan bahasa pertama, yakni:
a)
bebas dari keterbatasan dari metode ilmiah untuk
menjelajah sesuatu yang tidak tampak, tak dapat diobservasi, berada di bawah
permukaan, tersembunyi, struktur kebahasaan yang abstrak yang dikembangkan oleh
anak;
b)
deskripsi bahasa anak sebagai sistem yang sah, taat
kaidah, dan konsisten.
c)
konstruksi sejumlah kekayaan potensial dari tata bahasa
universal.
Dengan munculnya konstruktivisme, terjadilah pergeseran, meskipun tidak
terlalu menjauh dari nativisme atau kognitivisme. Pergeseran ke arah yang lebih
dalam tentang hakikat bahasa. Penekanan muncul pada (a) pandangan bahwa bahasa
merupakan perwujudan kemampuan kognitif dan afektif, untuk menyiasati dunia,
untuk berkomunikasi dengan orang lain, dan juga untuk diri sendiri; (b) kajian
tentang fungsi bahasa menjadi pumpunan para penganut fungsional.
Ada beberapa isu penting yang
berhubungan dengan pembelajaran bahasa, yakni sebagai berikut.
a)
kompetensi dan performansi;
b)
komprehensi (pemahaman) dan produksi;
c)
ajar versus dasar;
d)
tata bahasa universal;
e)
sistematisitas dan variabilitas;
f)
bahasa dan pikiran;
g)
peniruan (imitasi);
h)
masukan, dan;
i)
wacana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar